Blog Aksi Nyata Topik 3 Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan Indonesia
Ida Ayu Putu Inu Jyotisha
2364823014 / IPA-06
REFLEKSI PENGALAMAN BELAJAR TOPIK 3
PERSFPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA
A. Mulai dari diri
Pengalaman belajar di topik 1 dan 2 memberikan saya
pemahaman bahwa latar belakang peserta didik terdiri berbagai dimensi sosial,
budaya, ekonomi, dan politik yang beragam. Latar belakang ini memberikan
pengaruh dalam proses pembelajaran di lingkungan sekolah. Melalui pengalaman
belajar tersebut, sebelum melanjutkan pembelajaran saya ke topik 3 saya
memikirkan bahwa topik ini akan membahasa lebih mendalam mengenai status sosial
Ekonomi (SES) dan Cultural Activity Theory (CHAT). CHAT maupun SES berkontribusi
dalam membentuk dasar sosialisasi kognitif anak melalui interaksi sosial dan
interaksi orang dewasa. Pada tahap mulai dari diri ini, saya menonton video
dengan judul “Pengejar Mimpi di Bumi Petani” yang berlatar belakang di Kabupaten
Waikanan, Provinsi Lampung. Saya diminta untuk membandingkan pengalaman
pembelajaran yang saya alami dulu dengan pembelajaran di video tersebut. Saya
menyadari bahwa terdapat perbedaan pendidikan yang saya peroleh dengan kondisi
pendidikan di video tersebut. Upaya yang dilakukan guru tersebut dalam mengajar
membuat saya berpikir bahwa keterbatasan bukanlah halangan untuk berkreasi.
Keterbatasan fasilitas tidak selamanya merupakan jalan buntu pelaksanaan
pembelajaran, justru hal ini bisa disiasati dengan berbagai macam cara,
disinilah peran guru dapat mengubah keterbatasan tersebut dan menciptakan
perubahan, sehingga anak didik dapat mendapatkan pengalaman belajar bermakna.
Salah satu upaya yang dilakukan guru tersebut untuk mengenal peserta
didiknya adalah melalui kegiatan literasi. Peserta didik diminta untuk
menuliskan diary atau pengalaman mereka terkait apapun yang dialami. Melalui
pengalaman yang diceritakan oleh peserta didik, guru mengetahui kondisi latar
belakang peserta didik di luar sekolah. Banyak sekali peserta didik yang
memiliki masalah sosial dan keterbatasan ekonomi. Hal ini disebabkan sebagian
besar orang tua mereka berpenghasilan sebagai pekebun atau petani kopi,
sehingga tak cukup waktu untuk mendidik anak mereka. Pemahaman akan kondisi
latar belakang peserta didik, memberikan gambaran pada guru untuk merancang
kegiatan pembelajaran.
B. Eksplorasi Konsep
Pada bagian eksplorasi konsep saya belajar mengenai bagaimana
cara menanggapi perbedaan sosial, ekonomi, budaya, dan politik yang dapat
mempengaruhi sistem pendidikan di Indonesia. Aktivitas dan interaksi antara
anak dengan orang dewasa berperan penting dalam membentuk bagaimana perspektif
anak dalam melihat dunia pendidikan. Kehidupan sehari-hari anak yang
dipengaruhi oleh keadaan ekonomi, sosial dan budaya mereka dapat membentuk
sikap dan cara mereka menerima informasi dalam hal pemahaman maupun bahasa.
Pengalaman belajar mengenai teori Vygotsky, khususnya Zona Proximal
Pembelajaran (ZPD), membuat saya memahami bagaimana interaksi sosial, khususnya
dengan orang yang lebih ahli atau teman sebaya, memberikan dukungan penting
dalam proses pembelajaran. Contoh konkret dari situasi ini memberikan pemahaman
yang lebih dalam tentang bagaimana ZPD dapat diterapkan dalam pengalaman
belajar sehari-hari. Pemahaman tentang SES dapat membuat saya berefleksi
mengenai bagaimana perbedaan kondisi ekonomi peserta didik, yang dapat
memengaruhi akses terhadap sumber daya pembelajaran, bisa saya siasati dengan
pengalaman belajar yang dapat dijangkau oleh semua peserta didik saya.
Pada tahap ini saya juga diminta untuk merefleksikan
bagaimana pandangan saya terhadap perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan
politik dalam pendidikan di Indonesia dan bagaimana kesiapan saya dalam
mengajar, serta bagaimana perasaan saya jika ditugaskan mengajar dengan
memahami Perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam pembelajaran
pada peserta didik.
C. Ruang Kolaborasi
Pada
bagian ruang kolaborasi di topik ketiga ini saya dan rekan sekelompok mendiskusikan
tentang perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam pembelajaran yang
mempengaruhi proses pendidikan serta mengenai kesiapan untuk mengajar dengan
memperhatikan perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam
pembelajaran. Menurut
saya, perspektif sosial, budaya, ekonomi dan politik mempengaruhi
keterlaksanaan pendidikan di suatu daerah. Berbagai perspektif ini mempengaruhi
pola pikir peserta didik, cara pandang mereka terhadap dunia, akses pendidikan
dan sumber daya serta kebijakan yang akan mereka peroleh. Sebagai contoh, di
SMP N 1 Kubutambahan (tempat saya melakukan praktik mengajar) khususnya di
beberapa kelas yang saya ampu, terdapat dua orang peserta didik memutuskan
untuk berhenti sekolah karena faktor sosial dan ekonomi. Salah satunya
disebabkan oleh faktor sosial berupa keadaan orang tua yang bercerai, sehingga
sang anak diasuh neneknya. Neneknya memiliki perspektif sosial bahwa, tidak ada
gunanya melanjutkan sekolah, karena di sekolah anak tersebut tidak belajar
apapun yang dapat membantu hidup mereka. Selain itu, terdapat keadaan ekonomi
yang terbatas juga mempengaruhi pandangan tersebut.
Pada tahap ruang
kolaborasi ini, saya dan rekan sekelompok saya memiliki persamaan pandangan
bahwa perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik memiliki peran penting
dalam proses pendidikan di Indonesia. Ketika menyusun dan merencanakan
pelaksanaan pembelajaran guru harus melakukan profiling peserta didik melalui
tes diagnostik agar mengetahui karakteristik peserta didik. Hal ini akan
mempengaruhi perubahan tingkah laku, sikap dan pemikiran peserta didik dalam
proses belajar. Sebagai calon guru profesional saya juga sudah siap untuk
mengajar dengan memperhatikan perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik
dalam pembelajaran pada peserta didik. Meskipun saya masih menempuh pendidikan
PPG, saya merasa bahwa mempertimbangkan keempat perspektif tersebut dalam
pengajaran dan pembelajaran merupakan tanggungjawab sebagai seorang guru.
Sebagai contoh, memahami latar belakang budaya siswa dapat membantu saya
memilih materi ajar yang relevan dan merancang metode pembelajaran yang sesuai.
Menyertakan elemen-elemen budaya dalam pengajaran dapat membuat siswa merasa
lebih terlibat dan memotivasi. Contoh lain, apabila saya mengetahui perspektif
ekonomi peserta didik misalnya terdapat perbedaan ekonomi, saya bisa mencari
cara untuk menyediakan materi pembelajaran yang terjangkau atau tidak
membebankan peserta didik dengan tugas yang memerlukan banyak biaya.
D.
Demonstrasi Kontekstual
Saya memperoleh banyak pengetahuan
melalui proses demonstrasi kontekstual ini. Partisipasi dalam ruang presentasi kelompok
memberikan kesempatan kepada saya dan teman-teman untuk berdiskusi secara aktif.
Satu kelompok diminta untuk menyajikan hasil diskusinya di ruang kolaborasi,
sedangkan kelompok lain memberikan tanggapan dan pertanyaan terkait perspektif
sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam pembelajaran. Langkah ini memiliki
manfaat untuk memperluas wawasan dan sudut pandang saya sebagai calon guru
terkait pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang
mengintegrasikan perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Sumber daya
dari berbagai referensi dan praktik juga turut diakses untuk memahami sejauh
mana pentingnya mempertimbangkan perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan
politik ini dalam konteks pembelajaran.
E. Elaborasi Pemahaman
Pada
fase ini, saya menyadari bahwa konsep pendidikan dan pengajaran yang optimal
bagi peserta didik mencakup pemahaman mendalam terhadap latar belakang
sosiokultural mereka. Pemahaman saya tentang topik ini mencakup bahwa
perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik berpengaruh terhadap jalannya
proses pembelajaran peserta didik di kelas. Hal baru yang saya pelajadari topik
ini adalah pentingnya memahami karakteristik dan latar belakang sosiokultural
peserta didik sebagai landasan untuk memilih pendekatan, strategi, metode, dan
teknik pembelajaran yang sesuai. Mengetahui latar belakang ini diharapkan dapat
membantu pendidik merancang proses pembelajaran yang lebih relevan dengan
keberagaman sosiokultural peserta didik. Sebagai contoh penerapan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru sukarelawan di SD N 2 Mulya. Diketahui sebagian besar
orang tua peserta didik bekerja sebagai petani kopi dan selepas sekolah,
peserta didik membantu orangtuanya di kebun. Berdasarkan latar belakang peserta
didiknya, guru lebih banyak memberikan pembelajaran kontekstual kepada peserta
didik, misalnya mengajari peserta didik praktik cara menyetek tumbuhan.
Guru itu juga menanyai salah satu peserta didik yang sudah pernah menyetek tumbuhan dari ajaran ayahnya dan menyuruhnya untuk mengemukakan apakah terdapat perbedaan cara menyetek. Murid yang ditunjuk, menjelaskan cara menyetek yang diajarkan ayahnya, guru tersebut membenarkan dan mengatakan bahwa ada banyak cara untuk menyetek tumbuhan. Melalui cerita tersebut, saya mengetahui bahwa pendidikan kontekstual dan praktis lebih bermanfaat bagi mereka dengan kondisi geografis desa mereka yang berada di perbatasan lampung dan sumatera selatan. Mereka rata-rata memiliki cita-cita untuk melanjutkan pekerjaan ayahnya, bahkan ada yang ingin menjadi pengusaha kopi. Berdasarkan pengalaman belajar di topik ini, saya tertarik untuk mendalami bagaimana menentukan dengan tepat pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran agar dapat sejalan dengan latar belakang sosiokultural peserta didik.
F. Koneksi antar materi
Pada tahap ini, konsep yang dapat saya
pelajari dan pahami, terutama dalam mengaitkan materi dari mata kuliah ini
dengan mata kuliah lainnya, adalah kemampuan seorang pengajar dalam merancang
kegiatan pembelajaran yang efektif. Fokusnya adalah menciptakan lingkungan
belajar yang mendukung peserta didik dengan memberikan peluang bagi mereka
untuk mengeksplorasi lebih dalam pengetahuan, minat, bakat, dan potensi mereka.
Kegiatan koneksi antar materi membuat saya menyadari peran penting seorang guru
dalam menyediakan pembelajaran yang relevan secara kontekstual, mengingat
keragaman latar belakang peserta didik. Tentunya, mata kuliah ini memiliki
keterkaitan dengan mata kuliah lain, seperti filosofi pendidikan Indonesia,
prinsip pengajaran asesmen dan pemahaman terhadap peserta didik. Topik ini
dapat meningkatkan wawasan calon guru agar memahami bahwa setiap peserta didik
merupakan individu unik dan bagian dari masyarakat Indonesia yang memiliki
beragam latar belakang.
G. Aksi nyata
Adapun
manfaat yang saya peroleh dari pembelajaran ini adalah materi ini sangat
membantu saya dalam mempersiapkan diri sebagai guru profesional yang lebih
memahami keberagaman peserta didik. Melalui berbagai pengamatan video, proses
diskusi, membaca dan menganalisis situasi pendidikan berdasarkan perspektif
sosiokultural, saya menjadi sadar bahwa banyak sekali alternatif strategi,
pendekatan, teknik dan metode yang dapat diterapkan oleh seorang guru, apabila
guru tersebut benar-benar ingin mengabdi pada pendidikan. Keterbatasan bukanlah
halangan, guru sebagai agen penggerak, perubahan dan motivator bagi peserta
didik dapat menghantarkan mereka menjadi pribadi yang menciptakan perubahan
pada dirinya sendiri dan berdampak pada orang sekitarnya. Guru dapat menjadi
faktor sosial dominan yang dapat mendorong peserta didik untuk termotivasi
dalam belajar, merubah perspektif mereka, pola pikir dan mengembangkan
potensinya. Sebagai contoh, peserta didik yang bersekolah di SDN 02 Mulya,
Lampung dalam video “Pengejar
Mimpi di Bumi Petani” menganggap bahwa guru mereka sebagai orang yang
mereka percaya, mendukung mereka, tempat mereka berkeluh kesah dan tempat
mendapatkan pengalaman belajar yang menyenangkan. Orang tua juga berpikir
demikian, mereka berpikir tidak bisa mendidik anak mereka di rumah karena
kesibukan bekerja di kebun, sehingga mempercayakan guru untuk mendidik mereka.
Saya
menilai kesiapan diri saya dengan skor 9 dari skala maksimal 10, karena setelah
memahami mata kuliah ini, saya mendapatkan banyak wawasan untuk diterapkan
dalam situasi nyata. Saya menyadari pendidikan di daerah-daerah tertentu,
mungkin lebih memerlukan pendidikan praktis dan kontekstual. Pendidikan yang
merujuk pada pendidikan yang menitikberatkan pada penerapan langsung dan
pengalaman nyata dalam situasi kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini menekankan
pembelajaran melalui praktik, simulasi, atau pengalaman langsung di lapangan,
yang bertujuan agar peserta didik dapat mengembangkan keterampilan praktis yang
dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Pastinya, sangat penting menyesuaikan
pendidikan yang akan kita berikan kepada peserta didik berdasarkan pertimbangan
latar belakang mereka. Pendidikan yang seperti ini dapat saya jadikan contoh
untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik saya dalam proses pembelajaran.
Adapun langkah yang akan saya lakukan untuk persiapan diri adalah : 1) Mengasah pengetahuan dan keterampilan saya dalam menentukan pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan prespektif sosial, budaya, ekonomi dan politik peserta didik dalam proses perancangan dan pelaksanaan pembelajaran dikelas. 2) Belajar lebih mengenali karakteristik dan kebutuhan peserta didik mulai dari tempat saya melakukan praktik mengajar di PPL 2 yaitu SMP N 1 Kubutambahan sebagai langkah awal untuk memulai perubahan. 3) Belajar dari berbagai sumber mengenai pengalaman-pengalaman mengajar guru di daerah pelosok, baik melalui blog, video youtube lentera pendidikan, dan platform pendidikan lainnya.
Comments
Post a Comment