REFLEKSI PENGALAMAN BELAJAR TOPIK 4-AKSI NYATA PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL
Ida Ayu Putu Inu Jyotisha
2364823014 / IPA-06
REFLEKSI PENGALAMAN BELAJAR TOPIK 4
Mulai dari diri
Sebelum memulai pembelajaran Zone
of Proximal Develpoment (ZPD), saya memiliki pandangan bahwa peserta didik
dapat memperoleh pengetahuan secara mandiri dengan mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya, maupun melalui interaksi dengan orang lain atau pengalaman
sosial. Pandangan tersebut membuat saya dapat memahami penerapan konsep Zone
of Proximal Develpoment (ZPD) dalam proses pembelajaran. Pada kegiatan
mulai dari diri, saya disuguhi sebuah video terkait pengalaman mengajar guru di
Alor, NTT. Akses pendidikan di daerah itu sangat tertinggal jauh jika
dibandingkan dengan pendidikan di daerah lain di luar pelosok atau bahkan
pendidikan di perkotaan. Pendidikan di daerah Padang Panjang ini perlu
mendapatkan perhatian pemerintah. Fasilitas sekolah yang hanya dibatasi oleh
semacam bedeg bambu, kurangnya buku dan media lain yang mendukung proses
pembelajaran serta sumber daya guru yang kurang, bahkan sedikit yang lulus S1
menyebabkan pendidikan di daerah ini sangat tertinggal. Meskipun demikian,
kreativitas saat mengajar dan semangat guru untuk mengajarkan mereka melawan keterbatasan
itu.
Saya percaya bahwa setiap individu memiliki potensi yang belum terungkap
sepenuhnya, dan lingkungan serta interaksi sosial memainkan peran penting dalam
pengembangan kemampuan tersebut. Hal inilah yang menjadi tugas dan
tanggungjawab seorang guru untuk mengasah dan memaksimalkan potensi tersebut.
Eksplorasi Konsep
Pada bagian eksplorasi
konsep saya belajar mengenai bagaimana interaksi sosial, khususnya dengan orang
yang lebih ahli atau teman sebaya, memberikan dukungan penting dalam proses
pembelajaran. Saya menyadari bahwa setiap anak dapat membina mental mereka
melalui lingkungan sosial. Lingkungan sosial inilah yang membentuk dasar
berpikir, pendapat, keterampilan dan termasuk juga sikap mereka. Pertumbuhan
mental mereka sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan juga tingkah laku
orang lain. Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara
tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan
pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan
sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau
melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu. Kegiatan ini dapat
membantu peserta didik mengkreasikan pengetahuannya, mengembangkan pemahamannya,
belajar untuk menyampaikan pemikirannya melalui diskusi dengan sesamanya.
Ruang Kolaborasi
Pada
bagian ruang kolaborasi di topik ketiga ini saya dan rekan sekelompok mendiskusikan
tentang pandangan mengenai pembelajaran pada ‘Zone of Proximal
Development (ZPD)’ yang mempengaruhi proses pendidikan serta pembelajaran serta
mengenai kesiapan untuk mengajar dengan memperhatikan pembelajaran pada ‘Zone
of Proximal Development (ZPD). Pada tahap ruang kolaborasi ini, saya dan
rekan sekelompok saya memiliki persamaan pandangan interaksi sosial sangat
penting dalam pembelajaran. Kami menyadari bahwa apabila peserta didik bekerja
sama dengan teman sebaya maupun orang yang lebih ahli atau dibawah bimbingan
guru, peserta didik dapat mempercepat kemajuan belajarnya. Peran pendidik
adalah mengoptimalkan potensi peserta didik, mengurangi jarak antara kemampuan
aktual dan potensial mereka. Saya menyadari bahwa tujuan pembelajaran berbasis
ZPD berfokus untuk membuat peserta didik mandiri dalam belajar, tidak terus
bergantung pada bantuan orang lain, melainkan mampu mengembangkan keterampilan
secara independen.
Meskipun
saya masih menempuh pendidikan PPG, saya merasa siap untuk mengajar dengan
memperhatikan pembelajaran pad ZPD. Menurut saya, ZPD dapat memberikan suatu
kriteria untuk menilai tingkat perkembangan intelektual anak. Saya perlu
mengetahui tingkat ZPD peserta didik saya untuk dapat memberikan mereka bantuan
dalam belajar. Apabila materi pelajaran yang saya ajarkan diberikan tanpa
memperhatikan tingkat ZPD mereka, saya tidak yakin peserta didik akan
mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna dalam proses belajarnya. Saya
sebagai seorang guru harus siap melaksanakan pembelajaran yang mempertimbangkan
ZPD ini.
Demonstrasi
Kontekstual
Saya mendapatkan banyak pengetahuan
dari kegiatan demonstrasi kontekstual ini. Melalui partisipasi dalam presentasi
kelompok, saya dan rekan-rekan memiliki kesempatan untuk berdiskusi secara
aktif. Satu kelompok diminta untuk menyajikan hasil diskusi mereka di ruang
kolaborasi, sementara kelompok lain memberikan tanggapan dan pertanyaan tentang
pandangan ZPD yang memengaruhi proses pembelajaran dan pendidikan. Langkah ini
membantu saya memperluas pemahaman dan pandangan saya sebagai calon guru
terkait berbagai pendekatan, strategi, metode pembelajaran untuk
mengintegrasikan teknik scaffolding untuk menerapkan pembelajaran
berbasis ZPD. Saya juga mengakses berbagai referensi dan praktik untuk memahami
pentingnya mempertimbangkan zona atau daerah proksimal peserta didik dalam pembelajaran.
Elaborasi Pemahaman
Pada
fase ini, saya memahami bahwa pembelajaran berbasis ZPD menekankan pentingnya
kolaborasi, dukungan sosial, dan pembelajaran aktif dalam menciptakan
lingkungan pembelajaran yang yang nyaman, inklusif dan positif bagi peserta
didik. Zona perkembangan proksimal diartikan sebagai fungsi-fungsi atau
kemampuan-kemampuan yang belum matang yang masih berada di dalam proses
pematangan. Kemampuan-kemampuan ini akan menjadi matang apabila berinteraksi
dengan orang dewasa atau berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih ahli.
Setelah mempelajari konsep ZPD, hal baru yang saya
pahami adalah dalam proses belajar peserta didik melalui dua tahap, yakni tahap
pertama terjadi pada saat berkolaborasi dengan orang lain, dan tahap berikutnya
dilakukan secara individual yang di dalamnya terjadi proses internalisasi.
Berpijak pada konsep zona proksimal, maka sebelum terjadi internalisasi atau
sebelum kemampuan potensial terbentuk, anak perlu dibantu dalam proses
belajarnya. Orang dewasa atau teman sebaya yang lebih berkompeten perlu membantu
dengan berbagai cara seperti memberikan contoh, memberikan feedback, menarik
kesimpulan, diskusi, dan sebagainya dalam rangka perkembangan kemampuannya. Peserta
didik seringkali lebih mudah memahami materi ketika
mereka bekerja sama dengan teman sebaya atau mendapatkan bimbingan dari guru. Setiap
peserta didik memiliki potensi untuk bertumbuh lebih lanjut. Dengan demikian,
sebagai seorang guru saya berusaha untuk mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan setiap peserta didik, mengakui bahwa setiap anak memiliki kecepatan
dan cara belajar yang berbeda. Pemahaman ini dapat menjadi panduan bagi saya agar
dapat merancang tugas dan aktivitas yang berada tepat di tengah-tengah ZPD
mereka, menciptakan lingkungan belajar yang menantang namun tetap dapat
dijangkau.
Hal yang ingin saya pelajari lebih lanjut terkait
topik ini adalah bagaimana mengatasi kelemahan teknik scaffolding di
kelas yang berukuran besar dengan jumlah peserta didik melebihi 30 dan memiliki
kemampuan dibawah kompetensi, agar pembelajaran berbasis ZPD terlaksana dengan
efektif dan dapat menjangkau seluruh peserta didik.
Koneksi antar materi
Pada tahap ini, konsep yang dapat saya
pelajari dan pahami, terutama dalam mengaitkan materi dari mata kuliah ini
dengan mata kuliah lainnya, adalah kemampuan seorang pengajar dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran berbasis ZPD. Berdasarkan kegiatan di koneksi antar
materi, saya menyadari bahwa konsep ZPD dapat terkait erat dengan teori-teori
pembelajaran lainnya, seperti konsep scaffolding dan teori
konstruktivisme pada mata kuliah pemahaman peserta didik. Hal ini membantu saya
memahami hubungan yang kompleks antara berbagai pendekatan pembelajaran dan
bagaimana mereka saling melengkapi dalam menciptakan lingkungan pembelajaran
yang mendukung. Scaffolding dapat memancing dan melatih peserta didik ke arah
kemandirian belajar. Teori Scaffolding di topik 1 materi pemahaman
peserta didik, membahas bagaimana guru mampu membantu mengembangkan pengetahuan
secara kognitif maupun psikomotor lewat pendampingan scaffolding teman sebaya
yang lebih ahli atau bimbingan guru.
Peran guru
dalam pembelajaran ZPD juga berkaitan dengan mata kuliah PPAE, yaitu guru
mengawali pembelajaran dengan asesmen. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi kemampuan dan minat peserta didik dalam belajar. Asesmen
berupa asesmen awal berupa kuis atau pertanyaan lisan. Asesmen ini berguna
untuk memetakan kemampuan peserta didik agar mereka dapat menjadi tutor sebaya
bagi teman lainnya. Pada pembelajaran ZPD, guru membantu siswa untuk memahami
materi secara bertahap dengan alur berkelanjutan sehingga peserta didik
mengalami progess atau kemajuan. Terakhir, kaitannya dengan mata kuliah
filosofi pendidikan adalah gagasan Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa guru
harus terbuka dan waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Indonesia
memiliki potensi sosiokultural yang dapat dijadikan sumber belajar. Hal
inilah yang harus diperhatikan dalam pembelajaran ZPD.
Aksi nyata
Adapun
manfaat yang saya peroleh dari pembelajaran ini adalah materi ini sangat
membantu saya dalam mempersiapkan diri sebagai guru profesional yang lebih
memahami keberagaman peserta didik. Saya menjadi sadar bahwa banyak sekali
alternatif strategi, pendekatan, teknik dan metode yang dapat diterapkan oleh
seorang guru, apabila guru tersebut benar-benar ingin mengabdi pada pendidikan.
Keterbatasan bukanlah halangan, guru sebagai agen penggerak, perubahan dan
motivator bagi peserta didik dapat menghantarkan mereka menjadi pribadi yang
menciptakan perubahan pada dirinya sendiri dan berdampak pada orang sekitarnya.
Guru dapat menjadi faktor sosial dominan yang dapat mendorong peserta didik
untuk termotivasi dalam belajar, merubah perspektif mereka, pola pikir dan
mengembangkan potensinya.
Saya
menilai kesiapan diri saya dengan skor 9 dari skala maksimal 10, karena setelah
memahami mata kuliah ini, saya mendapatkan banyak wawasan untuk diterapkan
dalam situasi nyata. Saya merasa percaya diri dalam pemahaman konsep ZPD dan
bagaimana mengaplikasikannya dalam pembelajaran. Namun, saya selalu berusaha
untuk terus belajar dan meningkatkan keterampilan saya sebagai seorang
pendidik. Sebagai seorang guru, sangat penting menyesuaikan pendidikan yang
akan kita berikan kepada peserta didik berdasarkan pertimbangan latar belakang
mereka.
Adapun
langkah yang akan saya lakukan untuk persiapan diri adalah
- Mengasah pengetahuan dan keterampilan saya dalam menentukan pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang tepat dan sesuai tingkat ZPD peserta didik dalam proses perancangan dan pelaksanaan pembelajaran dikelas
- Berlatih menerapkan pembelajaran diferensiasi untuk mendukung teknik scaffolding di tempat saya melakukan praktik mengajar di PPL 2 yaitu SMP N 1 Kubutambahan sebagai langkah awal untuk memulai perubahan.
Comments
Post a Comment