BLOG AKSI NYATA TOPIK 1 MATA KULIAH PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA

 


    Ida Ayu Putu Inu Jyotisha

    2364823014 / IPA-06

    PPG PRAJABATAN GELOMBANG 1 TAHUN 2023

 

    BAHASAN TOPIK 1  PADA MATA KULIAH PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL 

DALAM PENDIDIKAN INDONESIA

  • menguraikan pandangan tentang faktor sosial, budaya, ekonomi dan politik yang mempengaruhi pendidikan dan pembelajaran
  • mengaitkan dan menyimpulkan pentingnya mempelajari perspektif sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam pendidikan di Indonesia bagi guru 
  • mengartikulasikan harapan dan/atau pertanyaan tentang pengalaman belajar perspektif sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam pendidikan
  • memberikan argumen dalam diskusi faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi dan politik terkait perjalanan pendidikan di Indonesia

 

Mulai dari diri

Sebelum memulai proses pembelajaran, saya mengetahui bahwa tugas seorang guru tidak terbatas pada mengajar di kelas dan mengurus administrasi. Saya menyadari bahwa banyak hal di luar bidang pendidikan yang bisa mempengaruhi 'keberhasilan' proses pengajaran dan pembelajaran. Negara kita, Indonesia, memiliki banyak keberagaman baik di bidang sosial, kebudayaan, status ekonomi dan kebijakan yang berlaku di tiap daerah. Hal ini merupakan sebuah tantangan unik dalam proses menyelaraskan pendidikan dengan realitas masyarakat yang beragam. Selama menempuh pendidikan dan menyelesaikan sarjana, fokus saya selama ini hanya sebatas kemampuan mengajar, bagaimana saya mengelola kelas dan tugas administratif yang harus dipenuhi. Perlahan saya menyadari bahwa tugas guru bukan sebatas hanya mentransfer pengetahuan.

 Banyak faktor yang harus dipertimbangkan untuk memastikan bahwa setiap peserta didik memperoleh pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai seorang guru, saya harus mempertimbangkan keberagaman latar belakang peserta didik, untuk memastikan pembelajaran yang saya rancang dapat mengakomodasi mereka. Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jalannya pendidikan. Bagaimana interaksi peserta didik dengan lingkungannya merupakan hal yang juga perlu dipahami oleh guru. Interaksi antara aspek sosial dan budaya yang terjadi dalam lingkungan dapat membentuk perilaku dan pembentukan individu. Perspektif sosiokultural seperti ini dapat membuka wawasan saya sebagai seorang guru. Pemahaman akan sosiokultural dalam pendidikan dapat membuat saya sebagi seorang guru bisa lebih bijaksana dalam pengambilan keputusan maupun berinteraksi dengan peserta didik sehari-hari.

Eksplorasi Konsep

Pada bagian eksplorasi konsep saya mempelajari pentingnya faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam pendidikan. Faktor tersebut mempengaruhi bagaimana pendidikan diselenggarakan, misalnya pendidikan di jaman kolonial hanya diberikan pada kalangan tertentu, maka faktor tersebut juga mempengaruhi bagaimana pembelajaran hanya difokuskan untuk tujuan praktis kepentingan bisnis penjajah sehingga masyarakat pribumi diajarkan membaca dan menulis dasar saja. Kemerdekaan, kesejahteraan, dan perdamaian yang dicapai setelah masa penjajahan dapat dianggap sebagai pendorong perubahan dalam pendidikan. Faktor sosial seperti peningkatan kesadaran akan pentingnya pendidikan, penekanan pada nilai-nilai kemerdekaan, dan semangat untuk mencapai kesejahteraan bersama telah membentuk landskap pendidikan yang lebih inklusif.

Pentingnya memahami sosial, budaya, ekonomi, dan kondisi politik di sekitar lingkungan sekolah yang diajar merupakan upaya untuk memahami latar belakang peserta didik. Pemahaman tersebut dapat menjadi pedoman bagi guru untuk dapat mengindentifikasi berbagai kebutuhan belajar peserta didik. Hal ini juga akan memudahkan guru mengintegrasikan konten, bahan ajar atau media yang relevan dengan kehidupan peserta didik. Guru yang mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan individu yang berbeda dapat menciptakan sebuah pengalaman belajar yang menarik. Perspektif sosiokultural menekankan pentingnya kolaborasi dan interaksi sosial dalam proses pembelajaran. Guru perlu terus belajar dan mengembangkan kemampuan mereka untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan merespons perubahan dalam konteks sosial dan budaya. Pemahaman terhadap faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik dapat memberikan wawasan kepada guru dan pembuat kebijakan tentang bagaimana mereka dapat terus memperbaiki dan meningkatkan sistem pendidikan. Selain itu, kesadaran tentang dampak perubahan ini dapat membantu mereka menyesuaikan strategi pengajaran agar lebih responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi peserta didik di era kontemporer ini.

Ruang Kolaborasi

Pada bagian Ruang Kolaborasi, saya bersama rekan kelompok menganalisis beberapa video tentang pendidikan di daerah-daerah pelosok Indonesia dari program Indonesia Mengajar. Saya menyadari bahwa pendidikan di Indonesia belum merata, terutama didaerah-daerah terpencil, sebagai contoh SD N 2 Sugihan yang terletak di daerah pelosok Sumatera Selatan.  SD N 2 Sugihan merupakan salah satu sekolah yang memiliki keterbatasan dalam fasilitas. SD N 2 Sugihan ini memiliki ruang kelas yang sangat terbatas, satu ruangan kelas dibatasi oleh beberapa sekat dan dalam satu sekat terdapat dua rombel belajar. Fasilitas papan tulis pun di bagi dua untuk masing-masing kelas yang diajar, sehingga hal ini merupakan salah satu kendala yang dapat menyebabkan pembelajaran kurang terlaksana dengan baik. Misalnya dalam satu sekat terdapat rombel kelas empat dan kelas satu, sering kali dalam pembelajaran peserta didik menjadi tidak fokus karna rombel kelas bercampur.

Meskipun dalam keadaan yang serba terbatas, sosok guru yang mengajar di SD N tersebut tidak kehabisan akal untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik. Beberapa guru yang mengajar di berbagai daerah pelosok memiliki kesamaan dalam menciptakan pembelajaran yang memperkaya pengalaman belajar peserta didik. Mereka memanfaatkan sumber daya lokal yang ada di desa sebagai alat pembelajaran. Misalnya, mengajak peserta didik untuk belajar di lingkungan sekitar dan memanfaatkan alam sebagai sumber belajar. Rancangan pembelajaran mereka bersifat kontekstual, relevan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik di desa pelosok tersebut. Materi pelajaran yang diajarkan dihubungkan dengan pekerjaan orang tua, kegiatan sehari-hari di desa, budaya mereka dan kondisi geografisnya. Upaya tersebut menyadarkan saya bahwa, meskipun keterbatasan sumber daya dan fasilitas, seorang guru dapat dapat melaksanakan pembelajaran dengan berbagai teknik. Guru merupakan agen perubahan melalui bagaimana mereka memberikan dukungan emosional, memberikan semangat, rasa dihargai, belas kasih dan kepedulian terhadap peserta didik, sehingga mereka memiliki kesempatan untuk memperluas pengalaman belajarnya dalam meraih cita-cita.

Demonstrasi Kontekstual

Pada kegiatan Demonstrasi Kontekstual, saya dilatih untuk menyampaikan gagasan/pemikiran, hasil analisis dan evaluasi tentang pengaruh-pengaruh sosial, budaya, ekonomi, dan politik terhadap bidang pendidikan di ruang kolaborasi. Pada kegiatan ini saya mendapatkan banyak insight, bertukar pemikiran dan perspektif baru dari rekan sejawat, presenter dan dosen pengampu.  Proses tersebut dapat menambah wawasan dan pemikiran saya terkait sosiokultural dalam pendidikan yang menjadi sebuah topik yang bermakna. Pertanyaan-pertanyaan kritis terkait pengaruh faktor sosial, budaya, politik dan ekonomi di daerah pelosok tersebut, membuat mahapeserta didik memikirkan cara-cara mengajar yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah yang timbul dari keempat faktor tersbut. Kami memposisikan diri sebagai pengajar muda di daerah pelosok tersebut, perubahan apa yang kami dapat lakukan untuk mengupayakan keberlangsungan pendidikan dan menyadarkan masyarakat pentingnya suatu pendidikan.

Elaborasi Pemahaman

Sejauh ini, apa yang sudah saya pahami tentang topik ini adalah saya mengetahui bagaimana perkembangan pendidikan di Indonesia berubah dari jaman kolonial yang didasarkan atas kepentingan politik, mementingkan status sosial dan ekonomi sehingga tidak semua kalangan dapat mendapatkan pendidikan, hingga kini menjadi pendidikan merupakan kesempatan untuk semua orang, semua orang berhak memperoleh pendidikan tanpa memandang status dan latar belakangnya. Topik ini menggarisbawahi pentingnya memahami faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam pelaksanaan pendidikan. Pendekatan sosio-kultural dalam pendidikan menekankan perlunya merancang pembelajaran yang relevan dengan kehidupan peserta didik, menciptakan lingkungan kelas yang inklusif dan positif, serta memberdayakan seluruh potensi peserta didik.

Hal baru yang saya pahami atau yang berubah dari pemahaman di awal sebelum pembelajaran dimulai adalah Sebagai guru saya harus memahami tentang teori sosiokultural dan dapat memahami peserta didik dari sisi sosial dan segala perbedaan budaya, sosial, ekonomi dan politik yang dimiliki. Saya menyadari bahwa pendidikan dan kebudayaan memiliki keterkaitan yang sangat erat. Pendidikan dan kebudayaan berbicara pada tataran yang sama, yaitu nilai-nilai, kebiasaan dan tradisi. Nilai-nilai tersebut dapat menjadi sarana dalam proses pembelajaran, misalnya mengekplorasi pembelajaran dengan kebiasaan budaya setempat seperti memfasilitasi kebudayaan pantun di salah satu sekolah dasar di daerah Talang Airguci, Sumatera selatan dengan mengadakan lomba atau pertunjukan balas pantun. Sedangkan, dalam pengaplikasian teori sosialkultural telah diterapkan dalam pendidikan di Indonesia meliputi pengajaran pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaan, seni budaya, dan muatan lokal. Penerapan konsep multikulturalisme dan sosiokultural dalam pendidikan Indonesia salah satunya tercermin melalui mata pelajaran bahasa daerah di sekolah.

Adapun hal yang ini saya eksplorasi lebih lanjut adalah saya ingin lebih mengeksplorasi strategi dan penerapan pembelajaran yang dapat mengakomodasi kebutuhan peserta didik dalam belajar, mempertimbangkan latar belakang budaya, lingkungan, kemampuan dan kebiasaan mereka dalam belajar. Saya ingin memastikan apakah pembelajaran yang saya rancang memungkinkan peserta didik untuk saling berkolaborasi dan menggali potensi mereka dengan pembelajaran berbasis proyek, misalnya dari segi kemampuan atau kemandirian mereka dalam belajar, apakah memungkinkan ditugaskan untuk membuat proyek, dll.

Koneksi Antar Materi

Pada koneksi antar materi, saya menyadari bahwa pembelajaran sosio-kultural memiliki hubungan yang erat dengan mata kuliah lain dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif bagi peserta didik. Mata kuliah yang terkait meliputi Pemahaman tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya (PPDP), Teknologi Baru dalam Pengajaran dan Pembelajarannya (TBPP), Prinsip Pengajaran dan Asesmen yang Efektif (PPAE), Filosofi Pendidikan Indonesia (FPI), Pengalaman Praktik Lapangan (PPL), dan mata kuliah pilihan (Tri Hita Karana). Pada mata kuliah PPDP, saya belajar bagaimana mempertimbangkan karakteristik dan latar belakang peserta didik sebagai pedoman untuk merancang pembelajaran.

Pada mata kuliah TBPP, saya mempelajari bagaimana penggunaan teknologi dalam pembelajaran, dapat meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan pembelajaran. Teknologi bukan berarti sesuatu yang modern dan canggih, namun teknologi merupakan sesuatu yang dapat mempermudah pekerjaan. Teknologi dapat digunakan untuk mengakomodasi keberagaman peserta didik dan memperkaya pengalaman belajar mereka. Pada mata kuliah PPAE, saya belajar tentang prinsip-prinsip pengajaran dan penilaian yang efektif. Asesmen dapat mempertimbangkan pendekatan sosio-kultural peserta didik. Asesmen dibuat berdasarkan latar belakang peserta didik yang beragam, misalnya tingkat kemampuan, pola interaksi mereka, faktor budaya, lingkungan, dll.

Pada mata Kuliah FPI, saya belajar mempertimbangkan hubungan antara nilai-nilai budaya, norma sosial, dan konteks sosial-budaya dalam merancang pembelajaran yang berpihak pada peserta didik. Guru dapat merancang pengalaman pembelajaran yang tanggap budaya. Mata kuliah FPI memberikan wawasan baru bagi saya tentang berbagai praktik baik pendidikan yang terdapat di Indonesia. Pada mata kuliah PPL, saya belajar mengaplikasikan teori yang saya peroleh terkait pendidikan sosiokultural ke dalam kelas yang akan saya ajar. Saya merancang pengalaman pembelajaran yang responsif terhadap keberagaman budaya peserta didik, mempertimbangkan norma budaya dalam strategi pengajaran, dan memahami interaksi sosial yang memengaruhi proses belajar, sehingga dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan adil. Tri Hita Karana merupakan mata kuliah pilihan di Universitas Pendidikan Ganesha yang mana dalam mata kuliah ini mempelajari tentang hamonisasi hubungan antara manusia dengan manusia (Pawongan), manusia dengan alam (Parahyangan), dan manusia dengan Tuhan (Palemahan). Melalui mata kuliah ini kami belajar pentingnya interaksi positif antara berbagai aspek dalam kehidupan.

Aksi Nyata

Ada beberapa manfaat yang saya rasakan saat mempelajari topik 1 ini untuk kesiapan saya sebagai guru. Pemahaman terhadap perubahan dalam faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik membantu saya menjadi guru yang lebih terbuka terhadap perubahan. Saya dapat merespons dinamika perubahan dalam masyarakat dan menyelaraskan pengajaran saya di kelas sesuai kondisi nyata yang saya temui di lapangan. Melalui pemahaman akan perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang mempengaruhi pelaksanaan pendidikan, saya dapat merancang pembelajaran yang terkait dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Upaya ini dapat membuat pembelajaran lebih relevan dan memberikan makna yang lebih besar bagi peserta didik. Selain itu, hal ini dapat membantu saya membangun hubungan yang lebih kuat dengan peserta didik. Peserta didik cenderung lebih terlibat dalam pembelajaran ketika mereka merasa materi pelajaran relevan dengan kehidupan mereka. Guru yang memahami dengan baik tentang perspektif sosial, ekonomi, budaya dan kebijakan politik dapat berperan sebagai fasilitator pembelajaran yang efektif dan mendukung perkembangan peserta didik secara menyeluruh.

Saya menilai kesiapan saya sebagai calon guru profesional berada pada skor 9 dari 10. Alasannya adalah saya perlu berlatih untuk memeroleh berbagai pengalaman belajar yang bermakna sebagai bekal saya menjadi seorang guru profesional. Saya yakin kemampuan pedagogis, kemampuan saya mengakomodasi kebutuhan peserta didik dan memahami perspektif sosiokultural mereka akan meningkat seiring dengan berjalannya waktu dengan banyak praktik dan latihan dalam merespon situasi nyata dalam pelaksanaan pembelajaran.

Adapun yang perlu saya persiapkan lebih lanjut untuk bisa menerapkannya dengan optimal adalah saya perlu membekali diri saya dengan pengetahuan yang lebih mendalam terkait praktik pendidikan yang memerdekakan. Saya juga perlu meningkatkan kemampuan berinteraksi, kemampuan komunikasi, pengelolaan emosi dan kerja sama dengan orang lain. Bersikap adaptif, fleksibel dan mudah ditempa merupakan kemampuan yang harus ada dalam diri saya demi menambah wawasan. Selain itu, saya perlu terus belajar dan mengikuti perkembangan terbaru dalam pendidikan dan perspektif sosiokultural secara kontinu untuk menyediakan proses pembelajaran yang bermakna bagi anak didik saya.



Comments

Popular posts from this blog

Blog Aksi Nyata Topik 2 Persfektif Sosiokultural dalam Pendidikan Indonesia

REFLEKSI PENGALAMAN BELAJAR TOPIK 4-AKSI NYATA PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL